Saturday, February 20, 2010

Tanggapan tentang ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area)


{Di bawah ini saya posting tanggapan dari Pak Soelasno Lasmono, seorang kolega lama. Pak Lasno, lewat email memberikan pandangannya tentang ASEAN-China Free Trade Area yang kami diskusikan lewat milist APPI (Asosiasi Pengadaan Perminyakan Indonesia). Karena tanggapannya bagus dan melengkapi dari perspektif yang lain, maka ada baiknya saya share ke pengunjung blog ini. Semoga bermanfaat bagi sesama pembelajar industri dan perdagangan}.

Assalamualaikum pak Gamil,

Saya sdh baca opini dan ulasan pak Gamil tentang topik diatas. Menarik dan bagus, menampilkan kondisi industri dan pasar Indonesia yg sesungguhnya. Sedikit komentar mengenai kualitas barang China, yg anda ditengarahi lebih buruk dari produk Eropa, USA atau Jepang. Itu mungkin di awali saat maraknya barang selundupan dulu. Dimana umumnya yg membawa ke negara lain termasuk ke negara kita adalah cukong-cukong, pedagang yang hanya mengutamakan prinsip ke ekonomian atau untung sebesar besarnya. Di pasar China ada beberapa jenis barang made in and made by China..(meminjam istilah anda) dgn variasi kualitas sesuai harga. Variasi kualitas ini disebabkan proses learning curve, trial and error dan utilisasi industri rumah tangga serta adanya cluster-cluster industri baru dalam rangka memberdayakan manpower semaksimal mungkin.

Nah, para pedagang yang melihat oportunity inilah yg membawa barang barang low quality, cheap price ke negara negara miskin atau sedang berkembang dengan jumlah banyak yg hanya mementingkan murah...yg penting ada, yg penting punya. Contoh bila anda berbelanja di silk street..pasar murah dan penuh tawar-menawar segala jenis merk barang..kodian, anda akan dptkan barang serupa tapi tak sama dgn kualitas barang yg sangat memprihatinkan. Tetapi bila anda mau menikmati mall seperti Sing Khong (bacanya sing kuang) yg juga menjual produk produk China buat ekspor ke pasar Eropa dan USA maka harganya hampir sama dgn di Eropa sedikit lebih murah hanya karena lokasi dan memanfaat daya tarik lain yg mgkn bisa di jual di dalam negeri. Tetapi dalam 10 thn terakhir China sdh memahami konsep supply chain dan customer satisfaction. Sudah banyak direct agent atau trading representative yg mampu membawa barang berkualitas guna pelayanan dan kepuasan pelanggan. Contoh di OCTG yg saya tahu, kita tdk akan begitu mudah membeli pipa dari mill mill yg berkualitas API 5 CT, 5 L dan 5 D bahkan sdh mampu memberi produk dng PSL 2 dan PSL 3. Mil mil tsb sdh ada agent yg ditunjuk, mirip Itochu atau Marubeni model mill Jepang.Na mun demikian mill-mill yg baru belajar dan sudah memproduksi seamless juga banyak. Tinggal pilih.

Nah.. Disinilah kita harus teliti sebelum membeli..bila kita lepaskan pasar memilih maka kekhawatiran anda pasti akan terjadi krn umumnya orang kita akan memilih sing penting ono..sing penting murah. Di dunia SCM industri kita, yg seharusnya ketat dalam menjaga mutu agar menghindari kerugian yg lebih mahal, yg saya takutkan bila pengadaannya mengundang pedagang, bukan produsen, maka sdh barang tentu pedagang mengutamakan laba bukan reliability produknya. Disisi lain kitaharus membuka mata bahwa Industri China tidak tidur dan tinggal diam untuk tidak membenahi kualitas dan jaringan perdagangannya. Maka yg dihadirkan saat ini di pasar pasar eropa adalah good quality, quick delivery dan harga reasonable cheaper! Apapun spec yang anda minta.

Terakhir, saya setuju dengan pak Gamil, yg penting kita harus melihat untung-ruginya agar kebijakan ini jgn sampai membunuh industri kita yg masih umumnya hanya ada di hilir karena terlalu lama keenakan menikmati proteksi dan tdk fokus atau lebih keras tidak serius mengembangkan pohon industrinya lebih ke hulu sehingga tercipta kemandiriian atau ketahanan Industri. Pertanyaan, sampai kapan kita harus memberi (mungkin maksudnya memberi “proteksi”, red.)?

Salam,
Soelasno

No comments: