Monday, May 19, 2008

Selamat jalan Sophan Sophiaan


Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Artis sekaligus politisi senior kawakan Sophan Sophiaan telah pergi meninggalan kita semua dalam usia 64 tahun pada Sabtu sore hari tanggal 17 Mei 2007. Almarhum merupakan sosok fenomenal yang langka di tanah air ini: tegas, berprinsip, penuh komitmen, tidak suka berpura-pura, serta rasa nasionalisme dan cintanya yang luar biasa pada Indonesia. Bahkan almarhum gugur saat sedang mengemban tugas keliling dalam Kepanitiaan Nasional Peringatan 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional. Sikap tegas dan ’lurus’ itu tercermin pada gurat wajahnya yang tampan itu. Boleh jadi sifat ini terwariskan pada sosok Sophan karena almarhum lahir dari keluarga pejuang. Rumah tangganya pun dikenal khalayak sangat harmonis, sehingga nyaris tidak pernah diterpa isu negatif. Beda dengan kebanyakan rumah tangga artis-artis sekarang seperti yang sering kita saksikan dalam tayangan infotainment.

Bahwa kematian di tangan Tuhan adalah suatu keniscayaan. Namun yang membuat dada ini cukup miris karena penyebab kematiannya adalah sebuah kecelakaan lalu lintas, hal yang kerap terjadi di tanah air ini. Ketika almarhum dengan rombongan motor besarnya melintasi jembatan Desa Planglor, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada hari Sabtu, 17 Mei 2008, jam 09.30 WIB, motor almarhum terperosok ke dalam lubang di tengah jalan yang lebarnya 15 cm dan panjang sekitar 3 m. Almarhum kehilangan kendali sehingga jatuh dan terseret sejauh 25 meter. Dalam perjalanan menuju RSUD Sragen dan masih di atas mobil ambulans almarhum menghembuskan nafas terakhirnya.

Segera setelah peristiwa naas yang menimpa almarhum Sophan, dengan serta merta pada malam harinya pihak Balai Besar V Surabaya Departemen Pekerjaan Umum langsung melakukan perbaikan. ”Kami langsung memperbaiki titik-titik jalan yang berbahaya supaya tidak ada kejadian lagi”, demikian kata Kepala Balai Besar V Surabaya DPU.

Saya ingin memberikan komentar tentang peristiwa kecelakaan yang menimpa almarhum ini dari sisi kualitas pelayanan publik di Indonesia. Kecelakaan yang menimpa almarhum adalah akibat buruknya prasarana transportasi. Tentunya penggalan jalan rusak (bahkan bak kubangan) di seantero Indonesia ini sudah merupakan pemandangan sehari-hari. Barangkali buruknya kondisi jalan ini memang sudah merupakan hal yang dianggap 'biasa saja' bagi institusi terkait. Sering terjadinya korban kecelakaan - baik yang memakan korban jiwa atau tidak - akibat buruknya jalan juga mungkin sudah dianggap hal yang biasa saja. Ini mencerminkan tidak adanya beban moral bagi mereka yang berwenang dalam menjalankan manajemen transportasi. Kalau tidak karena seorang pesohor seperti almarhum Sophan, saya yakin perbaikan penggalan jalan di desa Planglor tersebut tidak akan langsung diperbaiki malam itu juga, walaupun sebelumnya pasti sudah banyak pengaduan atau himbauan masyarakat agar jalan tersebut segera diperbaiki. Menunggu ada korban seorang pesohor dulu baru melakukan perbaikan, sungguh suatu kenyataan yang menyakitkan hati.

Di sisi lain, setiap tahun yang namanya pajak kendaraan bermotor terus mengalami kenaikan. Kalau tidak prosentasenya yang naik, nilai pokok kendaraan untuk perhitungan pajak yang dinaikkan. Belum lagi kenaikan retribusi, pungutan-pungutan, dan lain-lain yang pada akhirnya membebani masyarakat. Sementara sarana dan prasarana transportasi kondisinya tidak menjadi lebih baik. Kelihatannya kalau urusan membebani rakyat, para penguasa sangat tanggap. Tetapi kalau urusan meningkatkan kualitas pelayanan publik, ya nanti dulu.

Selamat jalan Bang Sophan. Bagaimanapun engkau adalah salah satu suri tauladan bagiku. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa almarhum. Terimalah amal ibadahnya. Berilah almarhum tempat yang layak di sisi-Mu. Lapangkanlah alam barzahnya. Tabahkanlah keluarga yang ditinggalkannya. Wariskanlah sifat kepemimpinannya kepada keturunannya. Amin.

1 comment:

Anonymous said...

Benar! saya sangat setuju dengan artikel ini. Memang kenyataannya gitu koq kematian yang diakibatkan jalan rusak atau bolong-bolong itu sudah dianggap biasa. Seakan nyawa tidak ada harganya. Pun kalau ada perbaikan jalan saat ada orang penting atau terkenal tewas atau ada kunjungan orang penting ke daerah setempat yaa... perbaikan segera dilakukan secara dadakan yang tentunya bersifat sementara agar dilihat masyarakat instansi yang terkait itu sangat tanggap.Nanti juga jalanannya hancur lagi dan pura-pura tidak tahu saja meskipun jumlah korban sudah tidak terhitung lagi.

Kondisi ini menggambarkan betapa pihak terkait tidak peduli degan keselamatan setiap orang. Sebab kalau mereka peduli tentunya sudah mengambil antisipasi sebelum korban berjatuhan. Entah kemana distribusi pajak kendaraan bermotor yang makin tahun makin membukit tidak jelas nominalnya dan penggunaannya yang bisa dinikmati dan dirasakan oleh masyarakat. Tentu saja jumlah itu sebagian bisa digunakan untuk road maintenance secara rutin. Bayangkan berapa jumlah kendaraan bermotor dikalikan sekian....

Dendi Kartini, New York