Tuesday, June 10, 2008

Renewable energy


Setelah krisis energi kembali melanda Indonesia yang dipicu oleh (1) harga minyak mentah dunia yang melambung – light sweet crude di pasar NYMEX ditutup pada posisi USD 138.54 per barel pada tanggal 6 Juni 2008 , jauh di atas asumsi APBN 2008 revisi pertama yang hanya USD 95 per barel; (2) 50% porsi BBM yang diproduksi di Indonesia dikonsumsi oleh sektor transportasi dengan harga subsidi; (3) Indonesia sudah menjadi net-impoter minyak bumi sejak tahun 2004 karena konsumsi dalam negeri lebih banyak dari produksinya (lihat artikel yang saya posting pada tanggal 14 Mei 2008 dalam tajuk ‘Lagi-lagi krisis energi’); dan (4) diversifikasi energi yang selama ini jalan di tempat; maka barulah timbul niatan serius dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, untuk betul-betul menggarap energi alternatif guna mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi. Demikian menurut salah satu sesi diskusi di stasiun radio swasta yang saya dengar pada hari Sabtu pagi, tanggal 24 Mei 2008.

Energi primer menurut ketersediannya di alam dapat dikelompokkan dalam dua bagian: tak terbarukan (non renewable) dan terbarukan (renewable). Energi tak terbarukan ialah jenis energi yang bila dipakai terus menerus maka sumber atau materi pembawa energinya akan habis. Energi konvensional yang sudah lama kita kenal selama ini yaitu minyak, gas, dan batubara adalah jenis energi tak terbarukan. Ketiga macam energi konvensional ini disebut juga bahan bakar fosil (fossil fuel) karena pembentukannnya melalui sedimentasi dan metamorfosis zat organik masa lalu yang prosesnya memakan waktu jutaan tahun. Selain ketiga macam bahan bakar fosil tersebut, energi nuklir juga dimasukkan dalam kategori energi tak terbarukan karena bahan radioaktif uranium juga merupakan mineral galian tambang yang dapat habis.

Energi terbarukan (renewable energy) adalah energi yang baik sumber maupun materi pembawa energinya tidak akan habis atau senantiasa terisi kembali melalui proses daur ulang (recycling). Dari sisi emisi gas buang, energi terbarukan dikenal ramah lingkungan. Emisi gas buang, jika ada, kadarnya jauh lebih rendah daripada bahan bakar fosil. Namun untuk biomasa yang berbasiskan tanaman, kehati-hatian sangat diperlukan dalam pengembangannya karena membutuhkan lahan yang luas. Pembukaan lahan yang tidak dikelola dengan baik justru akan memperparah kerusakan lingkungan. Berikut adalah beberapa jenis energi terbarukan:

(1) Air (hydro). Energi potensial dan kinetik air dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin pembangkit tenaga listrik.

(2) Panas bumi (geothermal). Energi ini sudah ada di dalam perut bumi, yaitu di dapur magma yang sedang mengalamai proses pendinginan yang sangat perlahan. Panas magma tersebut terserap oleh air yang terjebak pada lapisan batuan yang berada di atas dapur magma tersebut. Uap air panas dalam skala besar dimanfaatkan untuk memutar turbin pembangkit tenaga listrik. Selain itu, banyak pemanfaatan lainnya untuk keperluan industri dan pemukiman penduduk.

(3) Energi matahari (solar energy). Energi panas matahari ditangkap oleh sel-sel panel surya. Panas yang tersimpan dalam panel sel surya dapat langsung dimanfaatkan untuk pemanasan dan pencahayaan bangunan, pemanasan air, serta pembangkit tenaga listrik.

(4) Angin (wind energy). Energi kinetiknya biasanya dimanfaatkan untuk memutar kincir angin (windmill), lalu energi mekanik kincir angin ini dikonversikan ke bentuk energi lain untuk berbagai keperluan, misalnya saja untuk pembangkit tenaga listrik.

(5) Biomasa (biomass). Biomasa adalah zat organik yang dapat diolah menjadi bahan bakar (biofuel) ataupun jenis bioenergi lainnya; misalnya kotoran sapi dapat diolah menjadi biogas, singkong dan tebu dapat diolah menjadi bioetanol, getah jarak pagar dan minyak sawit dapat diolah menjadi biodiesel.

(6) Energi ombak (ocean energy). Energi mekanik yang terbawa oleh arus dan ombak dapat dikonversikan ke bentuk energi lain atau langsung dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

(7) Hidrogen (hydrogen). Hidrogen terkandung dalam zat organik dan air. Secara alami hidrogen tidak didapatkan berdiri sendiri, tetapi bersenyawa dengan unsur lain – misalnya dengan oksigen membentuk air. Hidrogen yang bersenyawa dengan unsur lain ini harus dipisahkan terlebih dahulu agar dapat menjadi bahan bakar atau dikonversikan menjadi energi listrik.

No comments: